Saturday 20 March 2021

KISAH NEGERI ANTAH BERANTAH

KISAH NEGERI ANTAH BERANTAH 


Suatu kisah yang terjadi di negeri entah berantah. Negeri yang semula damai, tentram tiba-tiba menjadi kalang kabut hanya karena sebuah titah yang dikeluarkan dari salah satu pimpinan negeri tersebut. Pimpinan negeri itu menginstruksikan agar setiap instansi yang berada dibawah naungannya wajib memberikan laporan yang akan dipresentasikan oleh setiap pimpinan instansi masing-masing. Setiap pimpinan instansi kalang kabut hingga stres membayangkan harus mempresentasikan laporannya ke sang Pemimpin tersebut. membayangkannya saja sudah membuat mereka stres ditambah lagi dengan kemampuan IT mereka yang sangat terbatas. mereka harus melaporkan setiap detail program isntansi masing-masing. 

Para pimpinan instansi selanjutnya menginstruksikan bawahan mereka agar segera membenahi administrasinya dan harus disiapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya. para bawahan juga menjadi kalang kabut mempersiapkan apa yang dititahkan pimpinan mereka. Semua bekerja menyiapkan berkas-berkas yang diminta. hal ini juga berlaku disekolah-sekolah. semua guru harus mempersiapkan berkas-berkas yang diminta dan wajib dikumpul dalam waktu beberapa hari saja. mereka tidak lagi memperdulikan anak didik mereka, karena para cik gu harus menyiapkan dokumen yang diminta oleh pimpinan sekolah, dengan alasan akan ada tim pemantau yang akan memeriksa dokumen mereka. Para anak didik  terabaikan. guru sedang disibukkan untuk mengumpulkan berkas. 

Selain hal itu setiap kantor atau lembaga harus ikut mengsukseskan program bersih dan indah yang dicanangkan Sang pemimpin daerah dan mereka akan dipermalukan jika lingkungan mereka tidak bersih dan indah. para pimpinan kantor atau lembaga kan dicopot jika ternyata tidak mampu mengsukseskan program yang dicanangkan tersebut. Semua tertekan, semua stress , baik para pimpinan kantor, karyawan ataupun guru. mereka semua bekerja dibawah tekanan. Sang pemimpin daerah akan menekan para pimpinan kantor dan pemimpin kantor akan menekan bawahannya lagi..tidak ada lagi keceriaan diwajah mereka. Semua pada ketakutan jika suatu waktu kantor mereka dikunjungi Sang Pemimpin, karena Sang Pemimpin pernah bertitah bahwa ia akan datang sewaktu-waktu tanpa ada pembertahuan terlebih dahulu.

Pak Hamid  tengah duduk disalah satu warung kopi dikampungnya. Dengan ditemani secangkir kopi dan sepiring kecil kue ia tengah menikmati udara senja hari dikampungnya. Disampingnya Wak Udin dengan setia mendengarkan segala keluh kesah sahabatnya itu. Pak Hamid mengaku sudah  tidak sanggup lagi bekerja menjadi guru, ia mau berhenti saja, rasanya lebih enak menjadi petani seperti Wak Udin sahabatnya sedari kecil itu. Wak Udin memang hanya seorang petani, meskipun saat bersekolah dahulu ia lebih pintar dari pak Hamid. Pak Hamid melanjutkan kuliah disalah satu perguruan tinggi di kota sampai akhirnya ia menjadi guru disebuah sekolah ternama dikota, namun ia memilih tetap tinggal dikampungnya yang tidak begitu jauh dari kota tempat tugasnya. Wak Udin tidak melanjutkan kuliah, ia memilih untuk menjadi petani meneruskan usaha orang tanya. Meskipun ia jago berdebat saat sekolah dahulu, namun suaranya ga banyak didengar oleh orang disekitarnya hanya karena ia tidak memiliki gelar sarjana atau gelar akademik lainnya. Padahal banyak sekali ide-ide pemikiran wak Udin yang brilian dan mampu diterima akal sehat. Seperti sore ini ia tengah mendengarkan keluh kesah pak Hamid. 

"itulah pemimpin yang tidak bijaksana.." wak Udin langsung menanggapi keluhan pak Hamid, setelah sahabatnya itu selesai berkeluh kesah. "..seharusnya sebagai pemimpin ia mengerti bahwa jangan membuat bawahan bekerja dibawah tekanan.. siapapun jika bekerja di bawah tekanan maka tidak akan mendapatkan hasil kerja yang baik.." lanjut wak Udin.

" jangankan manusia, saya saja yang mempekerjakan kerbau dan sapi sebagai pembajak sawah, akan saya perlakukan dengan baik dan sayangi dahulu. Binatang itu akan menurut apa yang kita perintahkan jika ia sudah merasa dekat dengan kita. jika kita perlakukan dengan kasar, maka ia akan memberontak ketika kita perintahkan ia membajak sawah.... apalagi ini manusia yang punya akal, pikiran dan perasaan, mengapa diperlakukan lebih parah dari binatang..? Apa jadinya negeri ini, jika semua orang bekerja dibawah tekanan dan stress, apapun yang yang menjadi tujuan nya tidak akan tercapai.." wak Udin berceloteh panjang lebar. 

"tujuannya memang baik agar semua instansi dibawah kekuasaannya menjadi bersih, indah dan rapi, tetapi tidaklah elok jika ia mengeluarkan titah berupa perintah yang disertai ancaman. ini akan membuat semua orang bekerja dibawah tekanan dan ini hasilnya tidak akan baik. apa salahnya ia buat dengan cara lain yang orang akan melaksanakan titahnya dengan senang hati tanpa ada tekanan. Semua orang akan berlomba-lomba  dengan gembira untuk mensukseskan gerakan yang dicanangkan oleh sang Pemimpin negeri. .." Wak Udin berapi-api menyampaikan tanggapannya. Ia akan selalu begitu jika mendapat kesempatan berbicara. 

"apa lagi kamu Hamid... kamu seorang guru, tugas kamu utama adalah mendidik siswamu agar menjadi generasi yang lebih baik dari generasi kita ini. Tanggung jawabmu dunia dan akhirat. yang nanti akan diminta pertanggung jawabannya kelak. Tak usah kamu pusingkan dengan hal-hal yang sepele itu. Pikirkan saja anak didikmu agar mereka memperoleh pendidikan yang lebih baik. sebaiknya kamu lebih memfokuskan diri memperbaiki kualitas mengajarmu dari pada hal-hal lain..." begitu nasihat wak Udin untuk sahabatnya ini. 

Sebuah nasihat yang patut kita renungkan.

Sifat Koligatif larutan in Life

Pernahkah kamu membuat bikin teh manis panas? Ketika air panas sudah dituang ke gelas berisi teh celup dan gula, lalu diaduk, apa yang terj...