Tuesday, 6 October 2020

World Teacher's day

 

Ternyata hari ini 5 Oktober merupakan hari guru sedunia. Sayapun sebagai guru baru mengetahuinya. entah apa yang menyebabkan kealpakan saya selama ini, hingga hari yang bersejarah ini luput dari perhatian saya selama ini.

Sebagai seorang guru saya memahami bahwa memang bukan Anugerah yang kami harapkan. tidak juga penghargaan dan acara-acara seremonial yang megah dan menghamburkan uang yang diinginkan. Namun melihat situasi hari demi hari dimana guru seolah tak dibutuhkan lagi. Seolah seolah seolah mengatakan bahwa tehnologi sudah dapat menggantikan peran guru. Benarkah?

Mungkin kita tidak perlu mencari pembenaran atau tidaknya pendapat tersebut. Namun yang penting digaris bawahi adalah hakikat seorang guru. Guru tidak sendiri-mata sebagai "pendidik" yang   mentransfer pengetahuan   , tapi juga seorang "pendidik" yang   mentransfer nilai  dan sebagai "pembimbing" yang memberikan pengarahan dan para peserta didik dalam belaj ar. Guru juga adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik, terutama di sekolah, untuk mencapai kedewasaan peserta didik sehingga ia menjadi manusia yang paripurna dan siaga tugas-tugasnya sebagai manusia. 

Bagaimana peran seorang guru?

Guru memiliki beberapa peran, antara lain:

  • Melayani kegiatan belajar peserta didik.
  • Memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, dan
  • Memberikan rangsangan, bimbingan pengarahan, dan pelatihan siswa.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: (a) menciptakan suasana pendidikan yang menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis, (b) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan berada sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.UU ini memberikan kepercayaan penuh kepada pendidik agar dapat menciptakan pendidikan yang mempunyai makna, menyenangkan, dan dinamis bagi peserta didik.

Guru merupakan faktor penentu dalam proses penyelenggaraan pendidikan, karena hakekat guru adalah untuk mendidik, yakni mengupayakan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotor, kognitif maupun potensi afektif. Di samping itu, tanggungjawab peserta didik yang paling utama adalah peran orang tua dalam keluarga baik perkembangan jasmaninya maupun perkembangan rohaninya.

Pelaksanaan hakekat guru membutuhkan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan demikian tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai seorang guru. Keahlian sebagai guru profesional harus menguasai seluk beluk pendidikan dan mengolah dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. Memahami konsep ini, pendidik juga dituntut memiliki profesi atau keahlian yang handal dalam semua komponen pendidikan. Komponen pendidikan yang dimaksud adalah mulai dari perangkat tujuan pendidikan sampai kepada pelaksanaan pendidikan dalam proses belajar mengajar.

Apakah Fungsi Guru itu?

Seorang guru baru dikatakan sempurna jika fungsinya sebagai pendidik dan juga berfungsi sebagai pembimbing. Seorang guru menjadi pendidik yang sekaligus sebagai seorang pembimbing. Sebagai pendidik guru juga harus melakukan bimbingan dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

Peran Guru selama Pandemi

Saya merasa terenyuh mendengar sebagian pendapat yang mengatakan   guru sekarang punya banyak waktu beristirahat semenjak adanya kebijakan pemerintah memindahkan proses-belajar ke rumah.Betapa enaknya guru saat ini, tidak perlu mengajar, cukup hanya dengan memberi tugas-tugas kepada peserta didiknya dan selanjutnya para orang tualah yang disibukkan harus mengajar putra-putrinya dirumah. Pendapat ini memang tak sepenuhnya salah. Dan mungkin kita bisa memahaminya sebagai keluhan orang tua yang merasakan betapa beratnya beban mengajar anak mereka, sementara ada tugas dan pekerjaan lain yang harus diselesaikan.

 Jikalah kita mau sedikit menyibak bagaimanakah aktivitas seorang guru dalam masa pandemic ini, kita akan melihat bahwa justru masa sekarang, guru punya pekerjaan yang berlipat. Jauh lebih berat dibanding mengajar di dalam kelas dan jauh lebih sulit dibanding bertatap muka langsung dengan peserta didiknya di sekolah, seperti sebelum adanya pandemic Corona ini. Mereka tak mengenal istilah siang atau malam. Benar-benar hari yang menguras pikiran dan waktunya. Terutama guru yang tak mengabaikan tanggungjawabnya.

Jika sebelum terjadi situasi seperti sekarang ini, para guru punya tanggung jawab lebih spesifik ke anak didik, maka sekarang  tanggung jawabnya sudah bertambah. Pembelajaran yang saat ini dilakukan secara online dihampir semua daerah. Dan yang menjadi media perantara antara guru dan peserta didiknya dalam proses belajar-mengajar via online  adalah  gadget dan alat komunikasi  lain seperti laptop dan komputer. Guru  akan menyampaikan bahan pembelajaran  ke peserta didiknya dengan menggunakan aplikasi tertentu yang dipilih oleh sekolah untuk media pendukung proses belajar. Peserta didik kemudian akan mengaksesnya melalui android atau laptop yang dimilikinya.  Atau kegiatan belajar juga dapat dilakukan dengan tatap muka langsung secara online atau dikenal dengan istilah web meeting, dimana peserta didik bisa berkomunikasi langsung dengan gurunya.

Hanya saja, cara ini tidak semua berjalan lancar dan efektif.  Hal ini mengingat, tidak sedikit keluarga  yang tidak memiliki alat komunikasi yang dilengkapi dengan fasilitas teknologi memadai. Seperti smartphone. Jangankan  di pedesaan dan daerah terpencil,  di wilayah perkotaan saja, kendala ini masih banyak ditemukan.

Permasalahan lain juga muncul yaitu menghadapi karakter orang tua/wali yang terkesan cuek terhadap anaknya. Tak punya  kesempatan untuk mengarahkan anaknya mengikuti proses-belajar yang disampaikan gurunya.  Juga bersifat masa bodoh mengingatkan anaknya mengerjakan tugas yang diberikan gurunya.  Tentunya kendala ini disebabkan banyak factor lagi jika kita uraikan satu persatu.

Begitu pula dengan sebagian peserta didik yang tergolong malas. Diberikan tugas, namun tak dikerjakan.  Kegiatan belajar daring pun tak diikuti dengan alasan tidak punya kuota, meskipun orangtuanya sudah memberikan uang jajan yang lebih dari cukup.  Ketika  dihubungi berulangkali, tapi tak ada respon atau jawaban. Ditambah lagi yang memang di rumahnya tak ada yang punya alat komunikasi.

Situasi ini, membuat guru serba dilematis. Di sisi lain, bagian tanggungjawabnya untuk terus memastikan proses belajar-mengajar tetap berlanjut di tengah pandemi. Namun  naluri kemanusiaannya tak sampai hati juga membiarkan ada anak didiknya yang ketinggalan pelajaran. Sebagai masyarakat guru juga memahami situasi yang serba sulit saat ini yang membuat banyak orang mengalami kesusahan terutama masalah ekonomi. Tentunya sebagian guru tak sampai hati jika pembelajaran online berlangsung berjam-jam, sehingga beban kuota yang harus mereka tanggung juga tidak sedikit.

Tugas dan tanggung jawab yang tak kalah beratnya dihadapi sejumlah guru, adalah persiapan ulangan atau ujian sekolah secara online. Harus memastikan terlebih dahulu semua anak didiknya punya perangkat teknologi yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal-soal ujian. Minimal meminjam sementara ke keluarga atau kerabat yang lain, bila di dalam rumahnya tak ada alat komunikasi yang terhubung dengan internet.

Pun pemeriksaan hasil ujian dan tugas, juga tak kalah ribetnya. Membutuhkan kesabaran dan menyita banyak waktu. Harus melihat dulu kiriman siswa melalui fasilitas  aplikasi LMS yang digunakan sekolah atau media, seperti WhatsApp. Lalu memeriksa dan menginputnya satu-satu ke laptop/komputer, sebelum menyerahkan nilainya ke masing-masing wali kelas.

Itupun  kalau lancar dan semua peserta didik mampu memenuhi fasilitas teknologi yang disyaratkan dan juga kalau mereka sedang berada di rumah, tidak berpergian ke luar daerah yang tidak terjangkau sinyal.

Selain itu masih ada kewajiban  lain yang tak boleh dikesampingkan, yaitu pembuatan  perangkat pembelajaran. Seperti silabus, RPP, dan laporan pertanggungjawaban lainnya dan ini mesti diselesaikan para guru sesuai batas waktu yang ditentukan yang kadangkala dikaitkan sebagai syarat untuk mendapatkan restu turunnya tunjangan serifikasi guru.  Dan sebagian guru yang bertugas sebagai walikelas , selain wajib menjalankan tanggung jawab di atas, mereka mengontrol nilai yang dikirimkan guru bidang studi di e-Rapor sekolah setelah proses ujian siswa/anak didik. Termasuk harus setiap saat berkoordinasi dengan orang tua dari anak walinya.

Yang menjadi pertanyaan, apakah semua guru bisa cepat beradaptasi dengan  segala tetek bengek tehnis mengajar selama situasi pandemi ini? Apakah guru bisa menyelesaikan semua tugas dan tanggung jawab secara cepat dan tepat waktu dengan beban berlipat?.

Jawabannya tentu tidak semuanya.

Tidak semua guru yang melek teknologi.Masih banyak yang terbiasa dengan pola belajar-mengajar yang lama. Secara konvensional. Manual. Masih ada yang belum terlalu mahir menyusun laporan melalui laptop, tab atau di komputer, serta perangkat lainnya. Bahkan peserta didiknya yang jauh lebih lincah mengoperasikan fasilitas teknologi. Namun itu tidak menjadi alasan bagi guru untuk tidak melakukan proses pembelajaran. Ada banyak alternatif cara yang bisa dilakukan guru tersebut.

Sekali lagi, masa yang dihadapi para guru saat ini, sungguh sangat berat. Bebannya berlipat. Tanggungjawabnya tak sedikit. Menyita banyak waktunya demi memastikan anak-anak kita mendapatkan hak belajar. Hak memperoleh pengetahuan. Hak mengeyam pendidikan di masa yang tak normal.

Karena itu, sebagai orang tua siswa, kita mesti memahami dan menyadari beban berat yang dihadapi para guru saat ini. Jangan abaikan. Kita mesti membantunya untuk selalu mengingatkan dan mengarahkan anak-anak kita semua memenuhi tanggungjawabnya sebagai siswa.

Sehebat dan sekuat-kuatnya guru berusaha mengarahkan dan membimbing anak-anak kita. Orang tua tetap punya tanggung jawab yang besar. Akan sia-sia dan kurang maksimal usaha guru kalau orang tua tak ikut berperan aktif.

Selamat Hari Guru Sedunia.

Semoga semangat mengajar, mendidik , membimbing dan memotivasi tetap membahana dalam jiwa setiap insan guru.

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment

Sifat Koligatif larutan in Life

Pernahkah kamu membuat bikin teh manis panas? Ketika air panas sudah dituang ke gelas berisi teh celup dan gula, lalu diaduk, apa yang terj...