Ternyata hari ini 5 Oktober merupakan hari guru sedunia. Sayapun sebagai guru baru mengetahuinya. entah apa yang menyebabkan kealpakan saya selama ini, hingga hari yang bersejarah ini luput dari perhatian saya selama ini.
Sebagai seorang guru saya memahami bahwa memang bukan Anugerah yang kami harapkan. tidak juga penghargaan dan acara-acara seremonial yang megah dan menghamburkan uang yang diinginkan. Namun melihat situasi hari demi hari dimana guru seolah tak dibutuhkan lagi. Seolah seolah seolah mengatakan bahwa tehnologi sudah dapat menggantikan peran guru. Benarkah?
Mungkin kita tidak perlu mencari pembenaran atau tidaknya pendapat tersebut. Namun yang penting digaris bawahi adalah hakikat seorang guru. Guru tidak sendiri-mata sebagai "pendidik" yang mentransfer pengetahuan , tapi juga seorang "pendidik" yang mentransfer nilai dan sebagai "pembimbing" yang memberikan pengarahan dan para peserta didik dalam belaj ar. Guru juga adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik, terutama di sekolah, untuk mencapai kedewasaan peserta didik sehingga ia menjadi manusia yang paripurna dan siaga tugas-tugasnya sebagai manusia.
Bagaimana peran seorang guru?
Guru memiliki beberapa peran, antara lain:
- Melayani kegiatan belajar peserta didik.
- Memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, dan
- Memberikan rangsangan, bimbingan pengarahan, dan pelatihan siswa.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: (a) menciptakan suasana pendidikan yang menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis, (b) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan berada sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.UU ini memberikan kepercayaan penuh kepada pendidik agar dapat menciptakan pendidikan yang mempunyai makna, menyenangkan, dan dinamis bagi peserta didik.
Guru merupakan faktor penentu dalam proses penyelenggaraan pendidikan, karena hakekat guru adalah untuk mendidik, yakni mengupayakan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotor, kognitif maupun potensi afektif. Di samping itu, tanggungjawab peserta didik yang paling utama adalah peran orang tua dalam keluarga baik perkembangan jasmaninya maupun perkembangan rohaninya.
Pelaksanaan hakekat
guru membutuhkan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai
guru. Pekerjaan demikian tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak
memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai seorang
guru. Keahlian sebagai guru profesional harus menguasai seluk beluk
pendidikan dan mengolah dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu
dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan
prajabatan. Memahami konsep ini, pendidik juga dituntut memiliki profesi
atau keahlian yang handal dalam semua komponen pendidikan. Komponen
pendidikan yang dimaksud adalah mulai dari perangkat tujuan pendidikan sampai
kepada pelaksanaan pendidikan dalam proses belajar mengajar.
Apakah Fungsi Guru
itu?
Seorang guru baru dikatakan sempurna jika fungsinya
sebagai pendidik dan juga berfungsi sebagai pembimbing. Seorang guru menjadi
pendidik yang sekaligus sebagai seorang pembimbing. Sebagai pendidik guru juga
harus melakukan bimbingan dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik
dan mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang
dicita-citakan.
Peran Guru selama Pandemi
Saya merasa terenyuh mendengar sebagian pendapat
yang mengatakan guru sekarang punya
banyak waktu beristirahat semenjak adanya kebijakan pemerintah memindahkan
proses-belajar ke rumah.Betapa enaknya guru saat ini, tidak perlu mengajar,
cukup hanya dengan memberi tugas-tugas kepada peserta didiknya dan selanjutnya
para orang tualah yang disibukkan harus mengajar putra-putrinya dirumah. Pendapat
ini memang tak sepenuhnya salah. Dan mungkin kita bisa memahaminya sebagai
keluhan orang tua yang merasakan betapa beratnya beban mengajar anak mereka,
sementara ada tugas dan pekerjaan lain yang harus diselesaikan.
Jikalah
kita mau sedikit menyibak bagaimanakah aktivitas seorang guru dalam masa pandemic
ini, kita akan melihat bahwa justru masa sekarang, guru punya pekerjaan yang
berlipat. Jauh lebih berat dibanding mengajar di dalam kelas dan jauh lebih
sulit dibanding bertatap muka langsung dengan peserta didiknya di sekolah,
seperti sebelum adanya pandemic Corona ini. Mereka tak mengenal istilah siang
atau malam. Benar-benar hari yang menguras pikiran dan waktunya. Terutama guru
yang tak mengabaikan tanggungjawabnya.
Jika
sebelum terjadi situasi seperti sekarang ini, para guru punya tanggung jawab
lebih spesifik ke anak didik, maka sekarang tanggung jawabnya sudah bertambah. Pembelajaran
yang saat ini dilakukan secara online dihampir semua daerah. Dan yang menjadi
media perantara antara guru dan peserta didiknya dalam proses
belajar-mengajar via online adalah gadget dan alat komunikasi lain seperti laptop dan komputer. Guru akan menyampaikan bahan pembelajaran ke peserta didiknya dengan menggunakan
aplikasi tertentu yang dipilih oleh sekolah untuk media pendukung proses
belajar. Peserta didik kemudian akan mengaksesnya melalui android atau laptop
yang dimilikinya. Atau kegiatan belajar juga
dapat dilakukan dengan tatap muka langsung secara online atau dikenal dengan
istilah web meeting, dimana peserta didik bisa berkomunikasi langsung dengan
gurunya.
Hanya
saja, cara ini tidak semua berjalan lancar dan efektif. Hal ini mengingat, tidak sedikit keluarga yang tidak memiliki alat komunikasi yang
dilengkapi dengan fasilitas teknologi memadai. Seperti smartphone. Jangankan di pedesaan dan daerah terpencil, di wilayah perkotaan saja, kendala ini masih banyak
ditemukan.
Permasalahan
lain juga muncul yaitu menghadapi karakter orang tua/wali yang terkesan cuek
terhadap anaknya. Tak punya kesempatan
untuk mengarahkan anaknya mengikuti proses-belajar yang disampaikan gurunya. Juga bersifat masa bodoh mengingatkan anaknya
mengerjakan tugas yang diberikan gurunya. Tentunya kendala ini disebabkan banyak factor lagi
jika kita uraikan satu persatu.
Begitu
pula dengan sebagian peserta didik yang tergolong malas. Diberikan tugas, namun
tak dikerjakan. Kegiatan belajar daring
pun tak diikuti dengan alasan tidak punya kuota, meskipun orangtuanya sudah
memberikan uang jajan yang lebih dari cukup. Ketika dihubungi berulangkali, tapi tak ada respon
atau jawaban. Ditambah lagi yang memang di rumahnya tak ada yang punya alat
komunikasi.
Situasi
ini, membuat guru serba dilematis. Di sisi lain, bagian tanggungjawabnya untuk
terus memastikan proses belajar-mengajar tetap berlanjut di tengah pandemi.
Namun naluri kemanusiaannya tak sampai hati
juga membiarkan ada anak didiknya yang ketinggalan pelajaran. Sebagai masyarakat
guru juga memahami situasi yang serba sulit saat ini yang membuat banyak orang
mengalami kesusahan terutama masalah ekonomi. Tentunya sebagian guru tak sampai
hati jika pembelajaran online berlangsung berjam-jam, sehingga beban kuota yang
harus mereka tanggung juga tidak sedikit.
Tugas
dan tanggung jawab yang tak kalah beratnya dihadapi sejumlah guru, adalah persiapan
ulangan atau ujian sekolah secara online. Harus memastikan terlebih dahulu
semua anak didiknya punya perangkat teknologi yang dibutuhkan untuk mengerjakan
soal-soal ujian. Minimal meminjam sementara ke keluarga atau kerabat yang lain,
bila di dalam rumahnya tak ada alat komunikasi yang terhubung dengan internet.
Pun pemeriksaan hasil ujian dan tugas, juga
tak kalah ribetnya. Membutuhkan kesabaran dan menyita banyak waktu. Harus
melihat dulu kiriman siswa melalui fasilitas aplikasi LMS yang digunakan sekolah atau media,
seperti WhatsApp. Lalu memeriksa dan menginputnya satu-satu ke laptop/komputer,
sebelum menyerahkan nilainya ke masing-masing wali kelas.
Itupun
kalau lancar dan semua peserta didik
mampu memenuhi fasilitas teknologi yang disyaratkan dan juga kalau mereka
sedang berada di rumah, tidak berpergian ke luar daerah yang tidak terjangkau
sinyal.
Selain
itu masih ada kewajiban lain yang tak
boleh dikesampingkan, yaitu pembuatan perangkat
pembelajaran. Seperti silabus, RPP, dan laporan pertanggungjawaban lainnya dan
ini mesti diselesaikan para guru sesuai batas waktu yang ditentukan yang
kadangkala dikaitkan sebagai syarat untuk mendapatkan restu turunnya tunjangan
serifikasi guru. Dan sebagian guru yang
bertugas sebagai walikelas , selain wajib menjalankan tanggung jawab di atas,
mereka mengontrol nilai yang dikirimkan guru bidang studi di e-Rapor sekolah
setelah proses ujian siswa/anak didik. Termasuk harus setiap saat berkoordinasi
dengan orang tua dari anak walinya.
Yang
menjadi pertanyaan, apakah semua guru bisa cepat beradaptasi dengan segala tetek bengek tehnis mengajar selama situasi
pandemi ini? Apakah guru bisa menyelesaikan semua tugas dan tanggung jawab
secara cepat dan tepat waktu dengan beban berlipat?.
Jawabannya
tentu tidak semuanya.
Tidak
semua guru yang melek teknologi.Masih banyak yang terbiasa dengan pola belajar-mengajar
yang lama. Secara konvensional. Manual. Masih ada yang belum terlalu mahir
menyusun laporan melalui laptop, tab atau di komputer, serta perangkat lainnya.
Bahkan peserta didiknya yang jauh lebih lincah mengoperasikan fasilitas
teknologi. Namun itu tidak menjadi alasan bagi guru untuk tidak melakukan
proses pembelajaran. Ada banyak alternatif cara yang bisa dilakukan guru
tersebut.
Sekali
lagi, masa yang dihadapi para guru saat ini, sungguh sangat berat. Bebannya
berlipat. Tanggungjawabnya tak sedikit. Menyita banyak waktunya demi memastikan
anak-anak kita mendapatkan hak belajar. Hak memperoleh pengetahuan. Hak
mengeyam pendidikan di masa yang tak normal.
Karena
itu, sebagai orang tua siswa, kita mesti memahami dan menyadari beban berat
yang dihadapi para guru saat ini. Jangan abaikan. Kita mesti membantunya untuk
selalu mengingatkan dan mengarahkan anak-anak kita semua memenuhi
tanggungjawabnya sebagai siswa.
Sehebat
dan sekuat-kuatnya guru berusaha mengarahkan dan membimbing anak-anak kita.
Orang tua tetap punya tanggung jawab yang besar. Akan sia-sia dan kurang
maksimal usaha guru kalau orang tua tak ikut berperan aktif.
Selamat
Hari Guru Sedunia.
Semoga
semangat mengajar, mendidik , membimbing dan memotivasi tetap membahana dalam
jiwa setiap insan guru.
No comments:
Post a Comment