Monday 12 September 2022

Selamat jalan Teh Dian

Teh Dian seorang wanita hebat. Setelah beberapa tahun mengidap pengyakit kanker, namun semangatnya untuk menjemput kesembuhuhan tidak luntur. Walaupun disaat terakhir kondisinya tidak baik baik saja, namun disetiap kata yang terucap darinya selalu berisikan semangatnya untuk bisa sembuh kembali. Teh Dian merupakan sorang ibu dari beberapa anak yang semuanya laki laki. Anaknya yang paling bontot yang biasa kami memanggilnya Adi tidak lagi sekolah. Ia hanya sampai jenjang SMP dan tidak melanjutkan lagi sekolahnya. Ketika ditanyakan padanya kenapa ia tidak melanjutkan sekolah, Adi hanya menjawab ingin fokus merawat mamanya yang sakit. Mendengar penuturan Adi membuat saya sedih sekaligus bangga. Seorang anak muda yang baru belasan tahun rela mengorbankan masa muda nya demi merawat mama tercintanya yang sedang sakit. Selama ini Teh dian, mamanya lah sebagai tulang punggung keluarga yang membiayai anak dan oraang tuanya. Teh Dian masih mempunyai seorang ibu yang sudah tua yang tinggal bersamanya. Sebelum sakit Teh Dian bekerja sebagai seorang suster (menjaga anak) dirumah majikannya di Ciamis. Penghasilannya dikirim setiap bulannya ke keluarganya di Tasikmalaya. Teh Dian sudah menjalani tahapan pengobatan kemoterapi atas penyakit kanker servik yang dideritanya. Dan ia sudah menyelesaikan tahapan kemo pada beberapa tahun yang lalu. Namun ada tanpa ia sadari Teh Dian telah melakukan hal hal yang tidak boleh dilakukan oleh pasien kanker. Teh Dian bercerita pada beberapa bulan yang lalu ia memperbaiki genteng dirumahnya sendiri, dengan naik keatas atap rumahnya dan mengangkat beban yang berat. Padahal oleh dokter sudah diwanti wanti bahwa pasien kanker terutama pasca kemo tidak boleh lagi melakukan pekerjaan yang berat apalagi mengangkat beban yang berat. Namun hal itu terpaksa dilakukan oleh teh Dian karena tidak ada orang lain yang bisa dimintai tolong katanya. "Anak anakku pada sekolah dan ibuku sudah tua, jadi terpaksa saya kerja sendirian", begitu cerita teh Dian masih dengan senyum khas nya. IA menyadari akan hal itu beresiko untuknya namun kondisilah yang menyebabkan ia melakukan hal tersebut. Selang beberapa waktu kemudian kondisi kesehatan teh Dian mulai memburuk lagi, dan setelah kontrol kembali ke rumah sakit, dokter menyatakan sel kanker pada tubuh teh Dian sudah menyebar ke organ lain ditubuhnya seperti paru paru, tulang dan lainnya. Sejak saat itu ia kembali menjalani pengobatan rutin kembali dirumahsakit Dharmais Jakarta. Kondisi paru teh Dian dinyatakan ada cairan dan harus disedot. Dan alhamdulillah ia sudah menjalani sedot paru. Beberapa bulan terakhir teh Dian tinggal di rumah singgah bersama anak bungsunya Adi yang setia mendampingi dan merawat ibunya yang sakit. Setiap akan ke rumah sakit Adi dengan penuh kasih sayang membawa ibunya untuk menjalani beberapa tindakan dirumah sakit dengan mendorong ibunya dikursi roda sampai kerumah sakit dan pulang kerumah singgah kembali. Dirumah singgah kami sering berbagi cerita dengan kisah pengobatan masing masing dan berbagi pengalaman yang mungkin bermanfaat bagi sesama pasien kanker.Saat itu teh Dian pernah mengungkapkan bahwa ia tetap semangat menjalani pengobatan ini karena saya harus sembuh Bu, sayang anak anak, mereka mau makan apa, karena kalau saya sakit saya ga bisa kerja dan ga ada biaya hidup anak-anak. Begitu tutur teh Dian. Namun setiap kata yang keluar dari mulutnya selalu diiringi dengan senyumnya yang manis, menandakan semangatnya untuk sembuh tetap ada, dan teh Dian mengatakan ia tak akan mengulangi kesalahan yang sama. Selama kondisi kesehatannya memburuk teh Dian tak bisa bekerja, namun Teh Dian bercerita bahwa majikannya sangat baik, meskipun ia tak aktif bekerja majikannya selalu mengiriminya uang untuk membantu pengobatan teh Dian. Bersyukur teh Dian didampingi oleh orang yang menyayanginya, dan kamipun sesama keluarga pasien kanker tetap saling memberikan semangat dan Teh Dian pun tak lupa tetap memberikan semangatnya untuk kami untuk menjalani pengobatan. Beberapa minggu yang lalu saat kami sedang dirumah sakit mendampingi anak kami yang menjalani kemoterapi untuk yang kesekian kalinya, saya mendengar dari kawan kawan dirumah singgah bahwa kondisi teh Dian memburuk lagi dan dibawa ke IGD rumah sakir Dharmais. Adi sang anak muda yang baik dan menyayangi ibunya harus bolak balik ke rumah sakit untuk menjaga ibunya. dan beberapa hari kemudian teh Dian harus masuk keruang ICU karena kondisinya memburuk. Adi msih dengan sabar bolak balik kerumah sakit untuk membawa keperluan ibu tersayangnya di ICU susai yang dimintakan suster. Sore hari ia pulang sebentar untuk mencucikan pakaian ibunya dan sehabis maghrib ia kembali lagi kerumah sakit. Ia rela tidur dikursi ruangan terbuka karena oleh pihak rumah sakit pendamping tidak diperbolehkan masuk, tetapi harus stanby diluar untuk dikabari oleh suster apa saja keperluan yang harus disiapkan pihak keluarga. selama seminggu Adi menjalani yang demikian itu, hingga pada suatu pagi dihari Jumat Adi memberikan kabar pada kami bahwa mamanya sudah pergi. Pergi meninggalkan kita semua, pergi meninggalkan rasa sakitnya, pergi meninggalkan putra tersayangnya. Berita ini tentu saja membuat kami sedih sekali, karena dirumah singgah tempat kami bernaung, kami sudah seperti keluarga, setiap ada yang sakit atau ada yang diperlukan kami akan saling membantu, kesedihan kami rasakan bersama, kebahagiaan juga kami nikmati bersama, tertawa dan menangis biasa kami jalani bersama. Namun pagi ini salah satu sahabat kami, salah satu keluarga kami di rumah singgah pergi meninggalkan kami, pergi meninggalkan kenangan indah, meninggalkan semua cerita yang setiap pulang dari rumah sakit kami pada berkumpul untuk saling menceritakan apa yang sudah dijalani tadi dirumah sakit yang dengan bahasa lainnya kami menyebutnya dengan pergi kuliah untuk setiap jadwal kerumah sakit, mau ketemu dosen, atau mau sidang skripsi dan istilah lainnya. Sekarang kamu sudah lulus teh Dian. Kamu sudah diwisuda. DAn kamu tidak akan merasakan sakit lagi. Semoga sabarmu dalam sakit menjadi penggugur dosamu. Kini teh Dian sudah berada dialam lain, dan semoga dilapangkan kuburmu Teh.. insyaallah syurga menantimu. Kami bersaksi kamu memang orang yang baik yang masih tetap semangat dalam menjemput sehat dengan tubuh kurusmu. Semoga semangatmu untuk sembuh menginspirasi kami yang tengah berjuang untuk kesembuhan. Selamat jalan teh Dian.

No comments:

Post a Comment

Sifat Koligatif larutan in Life

Pernahkah kamu membuat bikin teh manis panas? Ketika air panas sudah dituang ke gelas berisi teh celup dan gula, lalu diaduk, apa yang terj...