Resume ke 13
Mengelola sekolah dimasa Pandemi
Pemateri : Dra. Betti Risnalenni,
MM
Penulis : Syarifah Rukayah Indra
Melina
Tadi malam sebetulnya aku tak
bisa mengikuti perkuliahan karena kami sekeluarga akan ke luar kota ketempat
adikku yang akan melangsungkan pernikahan anaknya. Perjalanan dari kotaku ke
tempat adikku memakan waktu lebih kurang 5 jam. Biasanya sehabis perjalanan
badanku terasa letih dan langsung istirahat biasanya. Namun alhamdulillah
keadaan jadi beda, kami sampai ditujuan pukul 3 sore. Setelah beramah tamah
dengan keluarga disana aku sempat beristirahat sejenak. Malamnya badan sudah
terasa segar kembali. Karena belum ada kegiatan lain, kusempatkan mengikuti perkuliahan
bersama Om Jay dan bu Fatimah. Meskipun bersambil dengan duduk bersama keluarga
diruang tengah akhirnya aku dapat mengikutinya hingga selesai. Namun karena
besoknya aku sudah disibukkan dengan persiapan acara pernikahan, akhirnya
resume ini telat kutulis. Namun ku bersyukur akhirnya selesai juga kususun
resumenya.
Kegiatan perkuliahan seperti
biasa dibuka oleh Om Jay dengan pengucapkan salam kepada para peserta, dan
dilanjutkan dengan sapaan khas dari ibu Fatimah selaku moderator acara ini. Pembicara
mala mini adalah ibu Dra. Betti Risnalenni, MM, seorang pendiri TK, dan SD
Insan Kamil Bekasi.
Ibu Betti, begitu beliau dipanggil, merupakan alumnus
Universitas Negeri Jakarta dan bertempat tinggal di Bekasi.
Inilah simpelnya perkuliahan
online ini, pemateri kami sebenarnya masih dalam perjalanan pulang kampung,
namun beliau masih bisa menyambilkan dengan memberikan materi sambil berada
dalam perjalanan, untungnya sinyal tidak bermasalah ya ..tidak seperti
didaerahku, jika dalam perjalanan karena melalui hutan dan perbukitan biasanya
sinyal terkadang menghilang entah kemana, tetapi jika sudah berada didaerah
terbuka sinyalpun muncul kembali.
Sambil melanjutkan perjalanannya
bu Betti melanjutkan bahwa beliau adalah seorang guru yang berniat membuka
sekolah yang bagus tapi bisa buat siapa saja. Sebelum beliau membuka sekolah,
beliau sempat membuka kursus didaerah Bantar Gebang Bekasi berdekatan dengan lokasi tinggal Om
Jay.
Pada tahun 2003 beliau mulai membuat sekolah jenjang KB – TK dan
SD dan masih berjalan hingga saat ini. Banyak hal yang beliau dapat dengan
membuat sekolah itu, meskipun bukan dlam hal materi, namun penghargaan demi
penghargaan mampu beliau dapatkan berkat prestasinya, seperti guru teladan,
kepala sekolah berprestasi dan juara interpreuner guru Paud tingkat Jawa Barat.
Juga ada hikmah lainnya yang beliau dapatkan yaitu dengan bertambahnya ilmu dan
sahabat.
Selama masa pandemi 3 bulan terakhir ini beliau melakukan
kegiatan daring untuk kegiatan belajarnya, meskipun lokasi sekolah nya berada
dalam zona hijau. Selama kegiatan daring, bukan hanya pemberian materi yang
dilakukan tetapi juga memberikan tugas rumah (life skill dan karakter). Meski diwarnai
dengan mulai bosannya anak-anak ( maklumlah mereka masih tingkat Paud dan TK),
secara umum kegiatan ini dinilai berhasil. Bosannya anak-anak disebabkan mereka
ingin bertemu langsung dengan gurunya.
Selama pandemi ini agar kegiatan
belajar tetap berlangsung harus ada kerja sama antara guru dan karyawan. Karena
pada situasi seperti ini mungkin saja para guru dan karyawan merasa stress
dengan wabah covid ini, sementara para guru juga tetap harus mengajar. Mengajar
dengan daring dari rumah juga lebih susah terutama bagi ibu-ibu karena
gangguannya lebih banyak.
Menangapi pertanyaan tentang
bagaimana solusinya terhadap permasalahan dimana sejak dilakukannya
pembelajaran daring anak-anak jadi sering bermain dengan HP bahan hingga
keranjingan. Beliau engatakan bahwa penugasan oleh guru lewat HP juga ada
pendidikan karakternya. Guru harus memberitahukan ke siswanya bahwa memegang HP
hanya ketika berkomunikasi dengan guru untuk proses belajar atau ditambah
sedikit waktu untuk bermain game dengan diberi alarm. Ini adalah untuk melatih
kedisiplinan dan kepatuhan anak terhadap aturan. Selanjutnya bu Betti akan mempublikasikan
kegiatan sekolahya di Instagam Insan Kamil.
Menurut pengalaman bu Betti
mengelola sekolah itu banyak sekali tantangan. Untuk bisa survive ki harus
sering menghitung pemasukan dan pengeluaran, minimal rencana per tahun itu
harus cermat meskipun bukan profit tujuannya. tapi sebaiknya diusahakan jangan nombok jugakarena akan membuat tidak
semangat dalam bekerja.
Awal membuat sekolah bu Betti
menginginkan siswanya bisa Bahasa Inggris. Namun saat ini unggulan sekolah bu
Betti adalah mampu menghafal jua 30 sebagai syarat kelulusan.
Menjawab pertanyaan peserta
tentang pengalaman membuka sekolah, bu Betti mengatakan bahwa beliau
mengawalinya dengan membuka kursus hingga mencapai 24 cabang. Kemudian atas
ajakan teman beliau mulai membuka sekolah dengan mengontrak sebuah rumah, namun
setelah 3 bulan berjalan teman beliau ternyata mengundurkan diri dengan alasan
merugi. Akhirnya bu Betti melanjutkan perjuangannya seorang diri, sampai
akhirnya mampu membeli sebuah rumah di komplek perumahan.
Bu Betti mengungkapkan
pengalamannya bahwa ketika membuka
kegiatan sekolah dimasa pandemi ini bahwa harus ada persetujuan dari Dinas
Pendidikan, persetujuan orang tua. Bagi siswa baru terutama ti gkat TK dan SD
telah diadakan pertemuan diakir tahun pelajaran dan memfoto mereka dengan
linglungan sekolahnya dan dengan dibdrikan mainan edukatif. Cara ini membuat
anak-anak merasa senang.
Dalam mengelola sekolah Insan
Kamil beliau ingin anak-anak yang tidak mampu dapat bersekolah disekolah yang bagus
juga. Beliau tidak mewajibkan mereka membayar jika tidak mampu. Bahkan mereka
tidak diwajibkan membawa surat Miskin.
Dalam membuat pembelajaran daring
untuk anak KB dan TK agar tidak membosankan adalah dengan membuatat kegiatan
seperti membuat kue dll.
Sekolah bu Betti juga sering
mendatangkan narasumber untuk kegiatan parenting, kebetulan putri beliau
seorang Psikolog yang juga mengajak rekan-rekannya sesame psikolog untuk
mensosialisasikan permasalahan anak-anak.
Inilah sekelumit kisah dari seorang Betti Risnalenni mengelola
sekolah dimasa pandemi ini. Semoga yang sudah beliau lakukan dapat
menginspirasi buat kita semua terutama untuk memberi kesempatan belajar yang
sama kepada anak-anak yang tidak mampu dan bagaimana cara mengelola sekolah
yang berbasis usia dini tingkat Paud, TK, SD dan KB. Terimakasih bu Betti atas ilmu dan pengalaman
yang ibu berikan. Insyaalah bermanfaat bagi kami dan menjadi amal jariah buat
ibu.Aamiin.